Pada pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan node dan mampu menjelaskan bagian-bagian dari sebuah node.
Apa itu node dalam Internet of Things?
Node dalam Internet of Things (IoT) merujuk pada perangkat elektronik yang terhubung ke jaringan IoT dan dapat mengumpulkan, mengirimkan, atau menerima data. Node dapat berupa sensor, aktuator, mikrokontroler, atau perangkat elektronik lainnya yang terhubung ke internet dan dapat mengirim dan menerima informasi dari server.
Node dalam IoT biasanya terdiri dari beberapa komponen seperti sensor, mikrokontroler, transceiver, dan daya. Sensor pada node IoT berfungsi untuk mengukur data lingkungan atau kondisi tertentu seperti suhu, kelembaban, tekanan, gerakan, atau kehadiran. Mikrokontroler pada node IoT berfungsi untuk mengumpulkan data dari sensor dan mengirimkannya melalui transceiver. Transceiver pada node IoT berfungsi untuk mengirimkan data ke server atau menerima instruksi dari server. Daya pada node IoT dapat berasal dari baterai atau sumber daya lainnya.
Node dalam IoT biasanya terhubung ke jaringan nirkabel seperti WiFi, Bluetooth, atau Zigbee. Node ini juga dapat berinteraksi dengan perangkat lain di dalam jaringan, seperti gateway atau cloud. Node dalam IoT dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti pengukuran lingkungan, monitoring kesehatan, pengawasan peralatan, dan kontrol otomatis.
Apa saja komponen penyusun sebuah node?
Sebuah node dalam Internet of Things (IoT) terdiri dari beberapa komponen yang berbeda-beda, di antaranya adalah:
- Sensor: Komponen ini berfungsi untuk mengukur data lingkungan atau kondisi tertentu, seperti suhu, kelembaban, tekanan, gerakan, atau kehadiran. Contoh sensor yang sering digunakan dalam node IoT adalah sensor suhu dan kelembaban seperti DHT11 dan DHT22, sensor gerak seperti PIR sensor, sensor cahaya seperti LDR, dan sensor keberadaan seperti RFID.
- Mikrokontroler: Komponen ini merupakan otak dari node IoT, yang berfungsi untuk mengumpulkan data dari sensor dan mengirimkannya ke jaringan. Contoh mikrokontroler yang sering digunakan dalam node IoT adalah Arduino Uno, Raspberry Pi, atau ESP8266.
- Transceiver: Komponen ini berfungsi untuk mengirimkan dan menerima data dari jaringan, seperti Wi-Fi, Bluetooth, atau Zigbee. Contoh transceiver yang sering digunakan dalam node IoT adalah modul Wi-Fi ESP8266 atau ESP32, modul Bluetooth HC-05, atau modul Zigbee XBee.
- Aktuator: Komponen ini berfungsi untuk menghasilkan tindakan atau perubahan pada lingkungan fisik, berdasarkan instruksi yang diterima dari jaringan. Contoh aktuator yang sering digunakan dalam node IoT adalah motor DC, relay, atau solenoid.
- Daya: Komponen ini menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk operasi node IoT. Contoh sumber daya yang sering digunakan dalam node IoT adalah baterai atau sumber daya listrik lainnya seperti tenaga matahari atau energi kinetik.
- Perangkat Lunak: Komponen ini merupakan bagian penting dari node IoT karena memungkinkan program dan algoritma untuk beroperasi di dalam node. Contoh perangkat lunak yang sering digunakan dalam node IoT adalah Arduino IDE, Python, atau Node-RED.
Contoh node IoT yang sederhana bisa terdiri dari sebuah sensor suhu dan kelembaban DHT11, sebuah mikrokontroler seperti Arduino Uno, sebuah modul Wi-Fi seperti ESP8266, dan sebuah motor DC sebagai aktuator. Dalam kasus ini, sensor suhu dan kelembaban DHT11 akan mengukur suhu dan kelembaban ruangan, lalu data tersebut akan diproses oleh Arduino Uno dan dikirimkan ke server melalui modul Wi-Fi ESP8266. Server kemudian akan mengirimkan instruksi untuk menghidupkan atau mematikan motor DC sebagai respons terhadap kondisi lingkungan yang diukur.
Contoh Node pada IoT Pertanian
Salah satu contoh node IoT yang digunakan di pertanian adalah sistem irigasi cerdas. Sistem ini dapat membantu petani untuk mengelola penggunaan air secara lebih efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan hasil panen dan menghemat biaya. Berikut adalah komponen yang biasanya terdapat pada node IoT sistem irigasi cerdas:
- Sensor: Sensor kelembaban tanah digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban tanah. Sensor ini dapat ditanam di dekat akar tanaman untuk mengukur kelembaban tanah di sekitar akar.
- Mikrokontroler: Mikrokontroler seperti Arduino atau Raspberry Pi digunakan untuk memproses data yang diterima dari sensor dan mengirimkannya ke jaringan.
- Transceiver: Modul Wi-Fi atau modul radio digunakan untuk menghubungkan node ke jaringan.
- Aktuator: Aktuator berupa pompa air atau katup air digunakan untuk mengontrol aliran air ke tanaman.
- Daya: Sumber daya seperti baterai atau panel surya digunakan untuk menyediakan daya pada node.
- Perangkat Lunak: Perangkat lunak seperti Node-RED, Python atau Arduino IDE digunakan untuk memprogram mikrokontroler dan memproses data.
Dalam aplikasi sistem irigasi cerdas, sensor kelembaban tanah akan mengukur kelembaban tanah di sekitar akar tanaman. Mikrokontroler akan memproses data yang diterima dari sensor dan mengirimkannya ke jaringan. Server akan memproses data dan mengirimkan instruksi ke node untuk menghidupkan atau mematikan aktuator, seperti pompa air atau katup air, berdasarkan kebutuhan irigasi tanaman. Dengan demikian, sistem irigasi cerdas dapat membantu petani untuk mengelola penggunaan air secara lebih efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan hasil panen dan menghemat biaya.
Selain itu, contoh node pada pertanian hidroponik vertikal adalah sistem pengendali nutrisi otomatis. Sistem ini dapat membantu petani dalam memonitor dan mengontrol nutrisi yang diberikan pada tanaman dengan lebih efektif. Berikut adalah komponen yang biasanya terdapat pada node IoT sistem pengendali nutrisi otomatis:
- Sensor pH: Sensor ini digunakan untuk mengukur tingkat keasaman nutrisi yang diberikan pada tanaman.
- Sensor EC: Sensor EC digunakan untuk mengukur tingkat kepekatan nutrisi pada air.
- Mikrokontroler: Mikrokontroler seperti Arduino atau Raspberry Pi digunakan untuk memproses data yang diterima dari sensor dan mengirimkannya ke jaringan.
- Transceiver: Modul Wi-Fi atau modul radio digunakan untuk menghubungkan node ke jaringan.
- Aktuator: Aktuator berupa pompa nutrisi digunakan untuk mengontrol aliran nutrisi yang diberikan pada tanaman.
- Daya: Sumber daya seperti baterai atau panel surya digunakan untuk menyediakan daya pada node.
- Perangkat Lunak: Perangkat lunak seperti Node-RED, Python atau Arduino IDE digunakan untuk memprogram mikrokontroler dan memproses data.
Dalam aplikasi sistem pengendali nutrisi otomatis pada pertanian hidroponik vertikal, sensor pH dan EC akan mengukur tingkat keasaman dan kepekatan nutrisi pada air. Mikrokontroler akan memproses data yang diterima dari sensor dan mengirimkannya ke jaringan. Server akan memproses data dan mengirimkan instruksi ke node untuk menghidupkan atau mematikan aktuator, seperti pompa nutrisi, berdasarkan kebutuhan nutrisi tanaman. Dengan demikian, sistem pengendali nutrisi otomatis dapat membantu petani dalam memonitor dan mengontrol nutrisi yang diberikan pada tanaman dengan lebih efektif dan meningkatkan produktivitas pada pertanian hidroponik vertikal.
Profil Penulis

- Member Since 9 tahun 4 bulan ago
Aditya Suranata
Embedded System, Internet of Things, Precision Agriculture, Controlled Environment...
Aditya suka menulis, bukan hanya sekedar hobi, menulis menjadi medianya untuk mencurahkan pikiran dan perasaan. Di TutorKeren.com kebanyakan menyumbang tulisan sesuai dengan minat dan keahliannya yaitu pada kategori pemrograman dan elektronika....
Komentar Terbaru